Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil ciptaan Tuhan yang beragam mulai dari binatang, tumbuhan hingga alam yang indah. Indonesia juga banyak menghasilkan kekayaan alam seperti emas, batu bara, minyak bumi, dll, tetapi hal tersebut tidak didukung oleh sumber daya manusia yang ada. Untuk mencetak sumber daya manusia yang handal dalam era globalisasi di perlukan suatu pendidikan yang bisa membangun karakter SDM tersebut agar tidak kalah saing dengan negara lain.
Pendidikan di Indonesia bila dilihat secara menyeluruh masih kekurangan tenaga pengajar yang berkompeten di bidangnya, kurikulum yang sering berubah-ubah sesuai dengan menteri yang menduduki pada masa itu, sarana prasarana di sekolahan, dan masih banyak hal lagi faktor yang membuat SDM Indonesia ketinggalan dengan negara lain, hanya beberapa orang Indonesia yang mampu mengharumkan nama Indonesia di mata internasional tetapi terkadang kurang terpublish prestasinya oleh media.
Disini saya akan memberikan opini mengenai faktor – faktor yang menghambat Indonesia dalam mengembangkan SDM dalam bidang pendidikan
1. Tidak semua guru menguasai teknologi
Di era globalisasi kita dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi, contohnya saja seperti komputer, bisa dikatakan hampir di setiap pekerjaan mengharuskan pegawainya bisa komputer, nah begitupula dengan guru, ada beberapa guru yang malas untuk belajar komputer dengan alasan sudah tua dan otak tidak mampu lagi untuk menerima hal-hal baru.
2. Metode belajar kebanyakan menggunakan konsep satu arah
Kebanyakan guru menggunakan sistem pembelajaran satu arah yakni dengan guru berkutat pada materi di buku paket kemudian menjelaskan pada papan tulis dan para siswa diam mendengarkan gurur tersebut menjelaskan. Pengalaman saya selama di bangku sekolah hal tersebut tidak efektif, bisa membuat siswa mengantuk, mengobrol dengan teman atau mencoret-coret buku entah apa yang dibuat. Disini sebaiknya guru membuat konsep belajar dua arah dengan melibatkan siswa turut serta untuk mencari dan bisa menjalaskan materi yang diajarkan atau setidaknya membuat kelompok kecil untuk berdiskusi mengenai topik pelajaran sehingga para siswa bisa menyalurkan ilmu yang mereka pelajari, disini juga dapat melatih kekritisan para siswa dan mendidik para siswa untuk percaya diri mengutarakan pendapatnya.
3. Sarana dan Prasarana
Tidak semua sekolah memiliki gedung atau bangku yang bagus, di pelosok-pelosok desa ada gedung yang atapnya bocor sehingga pada saat hujan para siswa tidak bisa belajar dan hal tersebut beresiko pada keselamatan para siswanya sendiri. Ada juga sekolah yang tidak memiliki bahan-bahan yang memadai untuk praktikum serta tenaga laboratorium yang masih kurang untuk membantu para siswa melakukan praktikum yang sesuai dengan topik yang mereka bahas, dan masih banyak lagi faktor sarana dan prasarana yang masih kurang untuk pendidikan di sekolah.
4. Kurikulum yang sering berubah
Setiap ada menteri baru, rata-rata pasti akan mengubah kurikulumnya, hal tersebut selain membuat guru bingung, para siswa juga merasakan kompetensi semakin meningkat dan soal-soal pun semakin susah dalam pelajaran.
5. Kurangnya peminatan pada para siswa
Setiap siswa mempunyai cita-cita dan kemampuan dalam pelajaran yang berbeda-beda, di sini ada baiknya guru dan siswa lebih di dekatkan agar bisa mengarahkan siswa ke cita-cita yang ingin mereka raih. Misalnya ada siswa yang menyukai seni ataupun science, guru bisa memberikan info-info perlombaan serta pelatihan untuk membantu para siswa mengembangkan jati diri mereka dan kreatifitas merek serta dapat mengapikasikan ilmu yang mereka dapat.
6. Perpustakaan
Kebanyakan literatur yang ada di perpustakaan sekolah kurang lengkap, seperti contoh-contoh soal ujian, buku-buku pelajaran dan buku bacaan lainnya masih sangat kurang, biasanya perpustakaan sekolah menunggu buku kiriman dari pemerintah atau para donatur yang mau menyumbangkan buku-bukunya. Disini ada baiknya untuk bekerja sama dengan produsen buku bacaan untuk turut membantu pemerintah dan sekolah melengkapi buku-buku agar bacaan di perpustakaan lebih bervariasi.
Disini tidak hanya peran guru saja yang dibutuhkan dalam membangun SDM bangsa yang berkualitas tetapi juga peran dari pemerintah dalam melengkapi infrastruktur sekolah serta perhatian dari orang tua dan masyarakat luas untuk membantu guru mendidik siswa menjadi lebih baik karena masa sekolah merupakan masa paling rawan dalam membentuk suatu karakter individu.